MAKALAH
ILMU PERTANIAN UMUM
Bioteknologi
Pangan dan Pertanian
OLEH
:
WULAN
FEBRIANI
1204310033
![]() |
ILMU
TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Bioteknologi Pangan dan Pertanian”.
Pada kesempatan ini saya juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah
ini mulai dari awal pembuatan makalah ini hingga dapat diselesaikan.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini tidak dapat
terlepas dari segala kekurangan , seperti kata peribahasa,”Tak ada gading yang
tak retak”. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan, komentar, ataupun
kritikan yang bersifat membangun dari pembaca agar kiranya penulis dapat
menyempurnakan makalah ini.Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat.
Akhir
kata, saya mengucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Semakin
modern kehidupan kita sekarang ini, maka pemanfaatan teknologi juga semakin
tinggi. Tidak hanya dalam bidang industry melainkan dalam bidang pendidikan,
pertanian, sampai bidang pangan. Teknologi juga telah menyentuh pada bidang
pemanfaatan biologi dalam teknologi atau yang biasa disebut bioteknologi. Sejatinya
bioteknologi berasal dari kata “Bio” dan “teknologi”. Definisi bioteknologi
adalah pemanfaatan organisme hidup untuk menghasilkan produk dan jasa yang
bermanfaat bagi manusia. Bioteknologi
adalah pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah yang menggunakan makhluk hidup untuk
menghasilkan produk dan jasa guna kepentingan manusia.
Ilmu-ilmu pendukung dalam bioteknologi meliputi mikrobiologi,
biokimia, genetika, biologi sel, teknik kimia, dan enzimologi. Dalam
bioteknologi biasanya digunakan mikroorganisme atau bagian-bagiannya untuk
meningkatkan nilai tambah suatu bahan. Dalam bioteknologi meliputi penggunaan
bakteri, jamur serta kultur - kultur tumbuhan dan hewan ( termasuk teknik
hidroponik dan kultur jaringan ). Bioteknologi dapat digolongkan menjadi
bioteknologi konvensional / tradisional dan modern. Bioteknologi konvensional
merupakan bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme untuk memproduksi
alkohol, asam asetat, gula, atau bahan makanan, seperti tempe, tape, oncom, dan
kecap.
Bioteknologi konvensional disebut juga sebagai bioteknologi
sederhana. Disebut demikian mungkin karena bioteknologi jenis ini dikerjakan
secara sederhana, bisa menggunakan peralatan sederhana. Di samping itu, ada
juga yang menyebutnya sebagai bioteknologi kuno. Disebut demikian, mungkin
karena bioteknologi jenis ini sudah dikenal dan dikerjakan oleh manusia 6000
tahun sebelum masehi dengan memanfaatkan kemampuan fermentasi mikroba tertentu
.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli
telah mulai lagi mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
ilmiah melalui penelitian. Dalam bioteknologi modern orang berupaya dapat
menghasilkan produk secara efektif dan efisien. Bioteknologi modern merupakan
bioteknologi yang didasarkan pada manipulasi atau rekayasa DNA, selain
memanfaatkan dasar mikrobiologi dan biokimia. Aplikasi bioteknologi modern juga
mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, misalnya pada aspek pangan,
pertanian, peternakan, hingga kesehatan dan pengobatan. Dewasa ini,
bioteknologi tidak hanya dimanfaatkan dalam industri makanan tetapi telah
mencakup berbagai bidang, seperti rekayasa genetika, penanganan polusi, penciptaan
sumber energi, dan sebagainya. Dengan adanya berbagai penelitian serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bioteknologi makin besar
manfaatnya untuk masa-masa yang akan datang.
2.
Rumusan
Masalah
- Bagaimanakah pemanfaatan bioteknologi dalam bidang pangan ?
- Apa sajakah contoh-contoh pangan yang memanfaatkan penggunaan bioteknologi konvensional ?
- Apa saja dampak yang didapat atas penggunaan bioteknologi dalam bidang pangan ?
- Apa saja contoh bioteknologi dalam pertanian?
- Bagaimana pemanfaatan bioteknologi dibidang pertanian?
- Bagaimana dampak positip dan negative dari bioteknologi pertanian?
3.
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini terkait dengan rumussan masalah diatas yaitu sebagai
berikut.
- Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan bioteknologi dalam bidang pangan.
- Dan contoh-contoh makanan atau bahan pangan yang cara pembuatannya memanfaatkan mikroorganisme yang berupa bioteknologi konvensional (tradisional).
- Dan apakah pemanfaatan bioteknologi tersebut menimbulkan dampak buruk disamping dampak baik yang didapat dan lebih banyak mana antara dampak buruk dan baik dalam bidang pangan.
- Mengetahui tanaman hasil pemanfaatan bioteknologi pertanian
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan
makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan
lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan
bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata,
tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam
proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi
secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah
dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas
baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan
bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun
masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang
tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik
maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
A. Pemanfaatan
Bioteknologi Dalam Bidang Pangan
Bioteknologi
dapat digolongkan menjadi bioteknologi konvensional / tradisional dan modern.
Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan
mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan
makanan, seperti tempe, tape, oncom, dan kecap.
Mikroorganisme
dapat mengubah bahan pangan. Proses yang dibantu mikroorganisme, misalnya
dengan fermentasi, hasilnya antara lain tempe, tape, kecap, dan sebagainya
termasuk keju dan yoghurt. Proses tersebut dianggap sebagai bioteknologi masa
lalu. Ciri khas yang tampak pada bioteknologi konvensional, yaitu adanya
penggunaan makhluk hidup secara langsung dan belum tahu adanya penggunaan
enzim.
Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli telah mulai lagi mengembangkan
bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah melalui penelitian.
Dalam bioteknologi modern orang berupaya dapat menghasilkan produk secara
efektif dan efisien.
Dewasa
ini, bioteknologi tidak hanya dimanfaatkan dalam industri makanan tetapi telah
mencakup berbagai bidang, seperti rekayasa genetika, penanganan polusi,
penciptaan sumber energi, dan sebagainya. Dengan adanya berbagai penelitian
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bioteknologi makin
besar manfaatnya untuk masa-masa yang akan datang.
1.
Makanan
dan Bahan Pangan Yang Memanfaatkan Penggunaan Bioteknologi Konvensional
Pengolahan
Bahan Makanan yang memanfaatkan mikrorganisme dalam pembuatannya secara umum
dapat digolongkan kedalam dua produk, yaitu pengolahan produk susu dan
pengolahan produk non – susu.
2.
Pengolahan produk susu
Susu
dapat diolah menjadi bentuk-bentuk baru, seperti yoghurt, keju, dan mentega.
1)
Yoghurt
Untuk
membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu, selanjutnya sebagian
besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan yoghurt,
yaitu Lactobacillus bulgaricusdan Streptococcus thermophillus. Kedua bakteri
tersebut ditambahkan pada susu dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya
disimpan selama ± 5 jam pada temperatur 45oC. Selama penyimpanan tersebut pH
akan turun menjadi 4,0 sebagai akibat dari kegiatan bakteri asam laktat.
Selanjutnya susu didinginkan dan dapat diberi cita rasa.
2)
Keju
Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu
Lactobacillus dan Streptococcus. Bakteri tersebut berfungsi
memfermentasikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Proses pembuatan
keju diawali dengan pemanasan susu dengan suhu 90oC atau
dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai30oC. Selanjutnya bakteri
asam laktat dicampurkan. Akibat dari kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan
susu terpisah menjadi cairan whey dan dadih padat, kemudian ditambahkan enzim
renin dari lambung sapi muda untuk mengumpulkan dadih. Enzim renin dewasa ini
telah digantikan dengan enzim buatan, yaitu klimosin. Dadih yang terbentuk
selanjutnya dipanaskan pada temperature 32oC – 420oC dan
ditambah garam, kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan agar matang.
Adapun whey yang terbentuk diperas lalu digunakan untuk makanan sapi.
3)
Mentega
Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus
lactis dan Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut
membentuk proses pengasaman. Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan
lemak mentega dipisahkan. Kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan
mentega yang siap dimakan.
3.
Produk Makanan Non Susu
Produk-produk
makanan yang juga menggunakan proses bioteknologi konvensional namun tidak
berasal dari susu antara lain sebagai berikut.
a)
Kecap
Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus oryzae
dibiakkan pada kulit gandum terlebih dahulu. Jamur Aspergillus oryzae
bersama-sama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada kedelai yang telah
dimasak menghancurkan campuran gandum. Setelah proses fermentasi karbohidrat
berlangsung cukup lama akhirnya akan dihasilkan produk kecap.
b)
Tempe
Tempe kadang-kadang dianggap sebagai bahan makanan
masyarakat golongan menengah ke bawah, sehingga masyarakat merasa gengsi
memasukkan tempe sebgai salah satu menu makanannya. Akan tetapi, setelah
diketahui manfaatnya bagi kesehatan, tempe mulai banyak dicari dan digemari
masyarakat dalam maupun luar negeri. Jenis tempe sebenarnya sangat beragam,
bergantung pada bahan dasarnya, namun yang paling luas penyebarannya adalah
tempe kedelai. Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Di samping itu tempe
mempunyai beberapa khasiat, seperti dapat mencegah dan mengendalikan diare,
mempercepat proses penyembuhan duodenitis, memperlancar pencernaan, dapat
menurunkan kadar kolesterol, dapat mengurangi toksisitas, meningkatkan
vitalitas, mencegah anemia, menghambat ketuaan, serta mampu menghambat resiko
jantung koroner, penyakit gula, dan kanker. Untuk membuat tempe, selain
diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan
spora mikroorganisme, dalam hal ini kapang. Dalam proses pembuatan tempe paling
sedikit diperlukan empat jenis kapang dari genus Rhizopus, yaitu Rhyzopus
oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus,
dan Rhyzopus oryzae. Miselium dari kapang tersebut akan mengikat
keping-keping biji kedelai dan memfermentasikannya menjadi produk tempe. Proses
fermentasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak,
dan karbohidrat. Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai
sembilan kali lipat.
c)
Tape
Tape
dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan sel-sel ragi. Ragi
menghasilkan enzim yang dapat mengubah zat tepung menjadi produk yang berupa
gula dan alkohol. Masyarakat kita membuat tape tersebut berdasarkan pengalaman.
d)
Anggur
Atau
juga populer disebut dalam bahasa Inggris: wine adalah minuman
beralkohol yang dibuat dari sari anggur jenis Vitis vinifera yang
biasanya hanya tumbuh di area 30 hingga 50 derajat lintang utara dan selatan.
Minuman beralkohol yang dibuat dari sari buah lain yang kadar alkoholnya
berkisar di antara 8% hingga 15% biasanya disebut sebagai wine buah (fruit
wine).
Anggur
dibuat melalui fermentasi gula yang ada di dalam buah anggur. Ada beberapa
jenis minuman anggur yaitu, Red Wine, White Wine, Rose Wine,
Sparkling Wine, Sweet Wine, dan Fortified Wine:
- Red Wine adalah wine yang dibuat dari anggur merah (red grapes). Beberapa jenis anggur merah yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah merlot, cabernet sauvignon, syrah/shiraz, dan pinot noir.
- White Wine adalah wine yang dibuat dari anggur putih (white grape). Beberapa jenis anggur hijau yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah chardonnay, sauvignon blanc, semillon, riesling, dan chenin blanc.
- Rose Wine adalah wine yang berwarna merah muda atau merah jambu yang dibuat dari anggur merah namun dengan proses ekstraksi warna yang lebih singkat dibandingkan dengan proses pembuatan Red Wine. Di daerah Champagne, kata Rose Wine mengacu pada campuran antara White Wine dan Red Wine.
- Sparkling Wine adalah wine yang mengandung cukup banyak gelembung karbon dioksida di dalamnya. Sparkling Wine yang paling terkenal adalah Champagne dari Prancis. Hanya Sparkling Wine yang dibuat dari anggur yang tumbuh di desa Champagne dan diproduksi di desa Champagne yang boleh disebut dan diberi label Champagne.
- Sweet Wine adalah wine yang masih banyak mengandung gula sisa hasil fermentasi (residual sugar) sehingga membuat rasanya menjadi manis.
- Fortified Wine adalah wine yang mengandung alkohol lebih tinggi dibandingkan dengan wine biasa (antara 15% hingga 20.5%). Kadar alkohol yang tinggi ini adalah hasil dari penambahan spirit pada proses pembuatannya.
B. Dampak yang didapat atas Penggunaan
Bioteknologi dalam Bidang Pangan
Di
bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan
dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul
karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta
juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan.
Penerapan
bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup
dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut
oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai
atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Kemajuan
di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi
perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan rekayasa
genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan.
Secara
umum bioteknologi dikembangkan untuk kesejahteraan umat manusia. Meningkatnya
populasi manusia dan menipisnya Sumber Daya Alam yang ada membuat manusia mau
tidak mau harus menciptakan sesuatu yang baru yang dapat dengan cepat diperoleh
dengan meminimalisir dampak negatif yang mungkin timbul.
Dalam
bidang pangan, manusia terbantu dengan penemuan bioeknologi tersebut. Adanya
mikroorganisme yang membantu proses fermentasi / peragian membantu manusia
menghasilkanbahan-bahan pangan dan makanan yang sekarang ini bisa kita rasakan.
Masyarakat Indonesia telah lama menerapkan bioteknologi dalam kehidupan
sehari-hari. Berbagai macam makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari
memanfaatkan mikroorganisme dalam pembuatannya.
Bioteknologi
yang memanfaatkan mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat,
gula, atau bahan makanan, seperti tempe, tape, oncom, dan kecap. Mikroorganisme
dapat mengubah bahan pangan. Proses yang dibantu mikroorganisme, misalnya
dengan fermentasi, hasilnya antara lain tempe, tape, kecap, dan sebagainya
termasuk keju dan yoghurt. Proses tersebut dianggap sebagai bioteknologi masa
lalu.
Ciri
khas yang tampak pada bioteknologi konvensional, yaitu adanya penggunaan
makhluk hidup secara langsung dan belum tahu adanya penggunaan enzim.
Seperti
contoh adalah bahan yang diolah dari susu anatara lain yogurt, keju dan
mentega. Yang berasal dari non susu anatara lain kecap, tempe, tape, dan
minuman beralkohol seperti anggur dan tuak.
Makanan
dan minuman tersebut banyak yang dibutuhkan tidak hanya oleh masyarakat
menengah kebawah melainkan juga masyarakat kalangan menengah keatas. Sebut saja
tempe. Tempe kadang-kadang dianggap sebagai bahan makanan masyarakat golongan
menengah ke bawah, sehingga masyarakat merasa gengsi memasukkan tempe sebgai
salah satu menu makanannya. Akan tetapi, setelah diketahui manfaatnya bagi
kesehatan, tempe mulai banyak dicari dan digemari masyarakat dalam maupun luar
negeri.
Jenis
tempe sebenarnya sangat beragam, bergantung pada bahan dasarnya, namun yang
paling luas penyebarannya adalah tempe kedelai. Tempe mempunyai nilai gizi yang
baik. Di samping itu tempe mempunyai beberapa khasiat seperti:
- Dapat mencegah dan mengendalikan diare
- Mempercepat proses penyembuhan duodenitis
- Memperlancar pencernaan
- Dapat menurunkan kadar kolesterol,
- Dapat mengurangi toksisitas
- Meningkatkan vitalitas
- Mencegah anemia
- Menghambat ketuaan
- Serta mampu menghambat resiko jantung koroner, penyakit gula, dan kanker.
Selain manfaat-manfaat baik
diatas, tidak terlepas ula dari dampak buruk penggunaan bioteknologi dalam
bidang pangan. Produk rekayasa bidang telah menimbulkan masalah yang serius.
Contohnya adalah:
- Penggunaan insulin hasil rekayasa telah menyebabkan 31 orang meninggal di Inggris.
- Tomat Flavr Savr hasil rekayasa diketahui mengandung gen yang resisten terhadap antibiotik.
- Susu sapi yang disuntik hormon BGH (bovine growth hormone) atau hormon pertumbuhan sapi, disinyalir mengandung bahan kimia baru yang punya potensi berbahaya bagi kesehatan manusia..
- Jagung yang direkayasa sebagai pakan unggas menjadikan unggas tersebut mengandung genetic modified organism (GMO) yang dikhawatirkan membahayakan manusia.
- Penyisipan gen babi ke dalam buah semangka dapat membawa konsekuensi bagi penganut agama tertentu.
Berbagai upaya dilakukan untuk
menanggulangi dampak negatif penggunaan bioteknologi, misalnya perizinan dan
pengawasan yang sangat ketat dari pihak terkait kepada para peneliti yang ingin
melakukan penelitian-penelitian.
Namun
segala sesuatu akan kembali kepada individu masing-masing. Nilai-nilai
kemanusiaan, etika, moral, religius dan kesadaran yang tinggi untuk menjaga dan
mencintai lingkungan hidup yang nyaman dan asri merupakan kunci utama dari
penanggulangan dampak negatif penerapan bioteknologi. Penggunaan hak dan kewajiban
secara arif dan bijaksana sangatlah diperlukan untuk meminimalisir dampak
negatif yang mungkin timbul.
Bioteknologi Pertanian
Bioteknologi
banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Pembuatan kompos dan biogas
merupakan contoh yang sederhana. Pemanfaatan bioteknologi untuk meningkatkan
hasil pertanian pada masa sekarang ini dilakukan secara modern, misalnya pada
pemuliaan tanaman dengan menciptakan tanaman transgenik (tanaman yang gennya
telah dimodifikasi), kultur jaringan, biopestisida, dan sebagainya. Berikut ini
beberapa contoh bioteknologi dalam bidang pertanian.
a.
Hidroponik dan Aeroponik
Hidroponik
adalah suatu istilah yang digunakan dalam bercocok tanam tanpa menggunakan
tanah sebagai media tumbuhnya. Untuk memperoleh zat makanan atau unsur hara
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, ke dalam air yang digunakan
dilarutkan campuran pupuk organik. Campuran pupuk ini dapat diperoleh dari
buatan sendiri atau pupuk buatan yang siap pakai. Adapun keuntungan dengan cara
hidroponik adalah sebagai berikut:
a.
Tumbuhan bebas dari hama dan penyakit.
b. Produksi tanaman lebih tinggi.
c. Tumbuh lebih cepat.
d. Pemakaian pupuk lebih efisien.
e. Mudah pengerjaannya.
f. Tidak tergantung pada kondisi alam.
g. Tidak membutuhkan lahan luas.
b. Produksi tanaman lebih tinggi.
c. Tumbuh lebih cepat.
d. Pemakaian pupuk lebih efisien.
e. Mudah pengerjaannya.
f. Tidak tergantung pada kondisi alam.
g. Tidak membutuhkan lahan luas.
Selain
hidroponik, saat ini teknik yang sedang dikembangkan adalah teknik aeroponik.
Jika hidroponik media yang digunakan untuk tumbuh akar adalah air dan media
lain misalnya kerikil atau pasir. Tapi pada aeroponik tidak menggunakan media
sama sekali. Akar tanaman di letakkan menggantung dalam suatu wadah yang dijaga
kelembapannya dari air yang biasanya berasal dari pompa bertekanan sehingga
timbul uap air. Zat makanan diperoleh melalui larutan nutrien yang disemprotkan
ke bagian akar tanaman.
Sistem
aeroponik memiliki kelebihan dibandingkan sistem hidroponik. Pada sistem
aeroponik, akar yang menggantung akan lebih banyak menyerap oksigen sehingga
meningkatkan metabolisme dan kecepatan pertumbuhan tanaman.
b.
Kultur Jaringan Tumbuhan
Teknik
kultur jaringan banyak dilakukan untuk menghasilkan bibit tumbuhan dalam jumlah
besar dan seragam sifat genetiknya dalam waktu relatif singkat, misalnya bibit
jati, anggrek, dan kelapa sawit.
Kultur
jaringan memanfaatkan sifat totipotensi sel, yaitu setiap sel membawa informasi
genetik yang lengkap sehingga berpotensi untuk berkembang menjadi individu baru
yang lengkap. Kultur jaringan mula-mula dilakukan oleh Frederick C. Steward.
Steward mengkultur sel-sel akar tanaman wortel dalam suatu media buatan. Dari
sel-sel akar itu berhasil tumbuh tanaman wortel yang lengkap. Hasil percobaan
ini membuktikan bahwa sel mengandung semua informasi genetik yang lengkap.
Bagian
yang akan ditumbuhkan melalui kultur jaringan disebut eksplan. Eksplan yang
digunakan biasanya dari jaringan tumbuhan yang masih muda, misalnya ujung akar,
tunas, dan daun muda. Berdasarkan jenis eksplannya, kultur jaringan dapat
dibedakan menjadi kultur meristem, kultur antera, kultur embrio, kultur
protoplas, kultur kloroplas, kultur polen, dan lain-lain. Eksplan yang telah
disterilkan ditumbuhan pada media steril yang mengandung nutrisi dan zat
pengatur tumbuh.
Selama
kultur berlangsung, faktor lingkungan seperti cahaya, temperatur, kelembapan,
dan pH diatur pada kondisi yang paling sesuai untuk pertumbuhan eksplan. Jika
nutrisi, zat pengatur tumbuh, dan keadaan lingkungan sesuai, eksplan akan
tumbuh menjadi massa sel yang belum mengalami diferensiasi yang disebut kalus.
Kalus kemudian tumbuh menjadi tanaman kecil yang telah lengkap yang disebut
plantlet. Sebelum dapat ditanam, plantlet harus diaklimatisasi selama beberapa
waktu sehingga kondisi dan ukurannya sesuai untuk ditanam.
Teknik
kultur jaringan sangat menguntungkan dalam perbanyakan tumbuhan bernilai
tinggi. Selain itu tanaman langka yang terancam punah dapat dilestarikan dengan
memanfaatkan kultur jaringan. Dengan demikian kemajuan industri agrobisnis
dapat terwujud dan ketahanan pangan akan meningkat.
c.
Tanaman yang Dapat Menfiksasi Nitrogen
Serealia
atau tumbuhan rumput-rumputan berbiji merupakan tumbuhan yang menyuplai 50%
makanan pokok penduduk dunia. Namun, serealia tidak memiliki simbion bakteri
akar-akarnya untuk memfiksasi nitrogen, sehingga kebutuhan nitrogen (N2)
diperoleh dari penambahan pupuk buatan. Kelebihan pupuk buatan yang diberikan
dapat terbilas air dan menyemari air minum yang dikonsumsi manusia di
lingkungan sekitar.
Dengan
bioteknologi, para ilmuwan mengembangkan tumbuhan yang akar-akarnya dapat
bersimbiosis dengan Rhizobium. Ide ini melibatkan gen nif yang dapat mengontrol
fiksasi nitrogen. Para ilmuwan menyisipkan gen nif ini pada :
1) Tumbuhan serealia
2) Bakteri yang berasosiasi dengan tumbuhan serealia
3) Plasmid TI ( Tumor Inducing) dari Agrobacterium dan kemudian menginfeksikannya ke tumbuhan yang sesuai dengan bakteri yang telah direkayasa.
1) Tumbuhan serealia
2) Bakteri yang berasosiasi dengan tumbuhan serealia
3) Plasmid TI ( Tumor Inducing) dari Agrobacterium dan kemudian menginfeksikannya ke tumbuhan yang sesuai dengan bakteri yang telah direkayasa.
d.
Teknologi Tanaman Transgenik
Tanaman
transgenik merupakan tanaman yang telah disusupi DNA asing sebagai pembawa
sifat yang diinginkan. DNA tersebut dapat berasal dari tumbuhan yang beda
jenis. Untuk menghasilkan tanaman transgenik dibutuhkan teknik rekayasa
genetika dan vector sebagai pembawa gen sifat yang diinginkan. Sebagai vector
digunakanlah DNA yang berasal dari bakteri Agrobacterium tumefaciens yang lebih
dikenal dengan nama Ti plasmid (tumor-inducing plasmid). Ti plasmid memiliki kemampuan
untuk masuk ke dalam sel tumbuhan selama proses infeksi.
Tahapan
untuk memperoleh tanaman transgenik, adalah sebagai berikut:
1) Ti plasmid dikeluarkan dari sel bakteri.
2) Ti plasmid dipotong pada sisi yang spesifik dengan menggunakan enzim restriksi.
3) DNA yang berasal dari sel tanaman dipotong dengan menggunakan enzim restriksi yang sama agar diperoleh sisi yang speksifik. Kemudian gen tanaman yang membawa sifat yang diinginkan dipisahkan dari DNA-nya.
4) Gen tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam plasmid sehingga menghasilkan DNA rekombinan.
5) Plasmid yang telah mengandung gen tersebut dimasukkan ke dalam sel tanaman yang dikultur. Saat ini, sel tanaman telah memiliki gen dari tanaman lain.
6) Terjadi regeberasi sel tumbuhan yang akan terus mengalami pembelahan hingga menjadi satu individu tanaman baru. Tanaman baru ini memiliki sifat baru yang diinginkan dan merupakan tanaman transgenik.
1) Ti plasmid dikeluarkan dari sel bakteri.
2) Ti plasmid dipotong pada sisi yang spesifik dengan menggunakan enzim restriksi.
3) DNA yang berasal dari sel tanaman dipotong dengan menggunakan enzim restriksi yang sama agar diperoleh sisi yang speksifik. Kemudian gen tanaman yang membawa sifat yang diinginkan dipisahkan dari DNA-nya.
4) Gen tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam plasmid sehingga menghasilkan DNA rekombinan.
5) Plasmid yang telah mengandung gen tersebut dimasukkan ke dalam sel tanaman yang dikultur. Saat ini, sel tanaman telah memiliki gen dari tanaman lain.
6) Terjadi regeberasi sel tumbuhan yang akan terus mengalami pembelahan hingga menjadi satu individu tanaman baru. Tanaman baru ini memiliki sifat baru yang diinginkan dan merupakan tanaman transgenik.
Teknologi
transgenik telah dilakukan pada beberapa tanaman pertanian seperti jagung,
kapas, tomat, padi, kedelai, dan papaya. Pada kedelai telah dimasukkan beberapa
gen yang menyebabkan variasi pada tanaman kedelai. Pada tanaman jagung telah
dimasukkan gen cry dari Bacillus thuringiensis disebut dengan jagung Bt, yang
menyebabkan jagung menghasilkan protein yang dapat membunuh serangga, seperti
kupu-kupu.
Tanaman
transgenik ini tidak perlu disemprot dengan pestisida untuk menyingkirkan hama
dan penyakit, sebab dengan sisipan gen tersebut akan menghasilkan senyawa
endotoksin ( senyawa racun) sehingga tanaman transgenik dapat membrantas hama
dengan senyawa racun yang dikandungnya.
e.
Penggunaan Teknologi Nuklir
Teknologi
nuklir menggunaan unsur-unsur radioaktif yang dapat memancarkan sinar
radioaktif, antara lain sinar gama (γ ), sinar alfa (α ) dan sinar beta (β).
Manfaat dari radioaktif seperti sinar gama (γ ) berguna untuk pemuliaan tanaman, yaitu dengan meradiasi sel atau jaringan sehingga akan terjadi mutasi yaitu terjadinya perubahan jumlah kromosom atau gen yang terdapat dalam inti sel, dengan tujuan agar menghasilkan atau memiliki keturunan dengan bibit unggul.
Manfaat dari radioaktif seperti sinar gama (γ ) berguna untuk pemuliaan tanaman, yaitu dengan meradiasi sel atau jaringan sehingga akan terjadi mutasi yaitu terjadinya perubahan jumlah kromosom atau gen yang terdapat dalam inti sel, dengan tujuan agar menghasilkan atau memiliki keturunan dengan bibit unggul.
Hasil
dari mutasi yang sering dinamakan mutan, ternyata memiliki beberapa keuntungan
di antaranya cocok ditanam di persawahan pasang surut yang memiliki kadar garam
cukup tinggi, tahan wereng cokelat dan hijau, tahan penyakit busuk daun, umur
lebih pendek, dapat ditanam pada musim kemarau dalam waktu lebih singkat, hasil
panennya lebih banyak. Tanaman hasil mutasi ini bersifat poliploidi (jumlah
kromosomnya berkelipatan dari kromosom normal) sehingga dapat memberikan hasil
yang lebih tinggi, misalnya cepat berbuah, buahnya lebih besar, dan tidak
berbiji.
f.
Fusi Protoplas
Fusi
protoplas merupakan suatu proses alamiah yang terdapat dari mulai tanaman
tingkat rendah sampai pada tanaman tingkat tinggi. Fusi protoplas merupakan
gabungan protoplas dengan protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian
membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid. Hibridisasi somatik
melalui fusi protoplasma digunakan untuk menggabungkan sifat lain dua spesies
atau genus yang tidak dapat digabungkan secara seksual ataupun aseksual. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari spesies yang
sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies),
atau antargenus dari satu famili (inter genus).
Ketika
tanaman dilukai, maka sejumlah sel yang disebut callus akan tumbuh pada tempat
yang dilukai tersebut. Sel-sel callus memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi
menjadi tunas dan akar serta keseluruhan tanaman berbunga. Potensi alami
sel-sel tersebut yang terprogram menjadi calon tanaman baru sangat ideal untuk
rekayasa genetik. Seperti pada sel-sel tanaman, sel-sel callus dikelilingi oleh
dinding selulosa yang tebal, yaitu sebuah rintangan yang menghambat pembentukan
DNA baru. Dinding sel tersebut dapat dipecah dengan dinding selulose sehingga
menghasilkan sel tanpa dinding sel yang disebut protoplas. Protoplas ini dapat
digabungkan dengan protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian membentuk sel
yang dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid. Metode ini disebut fusi protoplas.
Tujuan
fusi protoplas adalah untuk mendapatkan suatu hibrida somatic atau sibrida atau
mengatasi kelemahan dari hibrida seksual. Terdapat kelemahan dari hibrida
seksusal, yaitu:
- Sukar untuk mendapatkan suatu hibrida antar spesies dan antar genera. Hibridisasi somatik dapat mengatasi hal tersebut.
- Sitoplasma pada perkawinan seksual hanya berasal dari induk betina saja. Dalam proses pembuahan, ganet jantan hanya membawa inti saja dengan sedikit sitoplasma sebaliknya pada tetua betina selain inti juga sitoplasma. Untuk mendapat sitoplasma dari kedua tetua diadakan fusi antara sitoplasma.
Fusi
protoplas dapat dimanfaatkan untuk melakukan persilangan antar spesies atau
galur tanaman yang tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan persilangan biasa
karena adanya masalah inkompatibilitas fisik. Fusi protoplas membuka
kemungkinan untuk:
- Menghasilkan hibrid somatik amphidiploid yang fertil antar spesies yang secara seksual tidak kompatibel
- Menghasilkan galur heterozigot dalam satu spesies tanaman yang secara normal hanya dapat diperbanyak dengan cara vegetatif, misalnya pada kentang.
- Memindahkan sebagian informasi genetik dari satu spesies ke spesies lain dengan memanfaatkan fenomena yang disebut penghilangan kromosom (chromosome elimination).
- Memindahkan informasi genetik yang ada di sitoplasma dari satu galur atau spesies ke galur atau spesies lain
- Fusi protoplas dapat menghasilkan dua macam kemungkinan produk:
- Hibrid, jika nukleus dari kedua spesies tersebut betul-betul mengalami fusi (menyatu)
- Cybrid (cytoplasmid hybrid ataru heteroplast), jika hanya sitoplasma yang mengalami fusi sedangkan informasi genetik dari salah satu induknya hilang.
Teknik
ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat menghasilkan
tanaman dengan sifat tertentu dan dapat dilakukan dengan spesies yang berbeda.
Kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan biaya yang mahal serta butuh
ketelitan yang lebih.
g.
Bioteknologi dalam Pembentukan Varietas Tanaman Unggul Baru
Teknik-teknik
bioteknologi juga dimanfaatkan untuk membuat jenis tanaman tanaman unggul yang
baru. Hal ini diperlukan untuk mencukupi kebutuhan pangan yang terus meningkat,
sedangkan luas lahan pertanian cenderung menurun. Tanaman unggul ini diharapkan
mempunyai produktivitas yang lebih baik. Selain itu, peningkatan hasil, juga
dilakukan upaya perbaikan pada kandungan nutrisi, kelestarian lingkungan, usia
panen, dan berbagai nilai tambah yang lain.
Sebagai
contoh, nilai tambah pada beberapa tanaman unggul yang telah dikembangkan
adalah sebagai berikut.
- Peningkatan kandungan nutrisi pada tanaman pisang, cabe, stroberi, dan ubi jalar.
- Peningkatan rasa, misalnya pada tanaman tomat, cabe, buncis, dan kedelai.
- Peningkatan kualitas produk, misalnya pada pisang, cabe, stroberi dengan tingkat kesegaran dan tekstur yang lebih baik.
- Mengurangi reaksi alergi, misalnya pada tanaman polongpolongan dengan kandungan protein penyebab alergi yang lebih rendah
- Kandungan bahan berkhasiat obat, misalnya pada tomat dengan kandungan lycopene yang tinggi yang berguna sebagai antioksidan untuk mengurangi kanker, bawang dengan kandungan allicin untuk menurunkan kolesterol, serta pada padi dengan kandungan vitamin A dan zat besi untuk mengatasi anemia dan kebutaan.
- Tanaman yang mampu memproduksi vaksin dan obatobatan untuk mengobati penyakit manusia, misalnya pada tanaman tembakau yang telah direkayasa sehingga dapat menghasilkan vaksin untuk penyakit kanker.
- Tanaman dengan kandungan nutrisi yang lebih baik untuk pakan ternak
Penerapan
bioteknologi tanaman juga dapat memudahkan petani dalam proses budidaya
tanaman. Misalkan dalam pengendalian gulma yaitu dengan menghasilkan tanaman
yang memiliki ketahanan terhadap jenis herbisida tertentu. Sebagai contoh
adalah tanaman berlabel Roundup Ready yang terdiri dari kedelai, canola
(sejenis tanaman penghasil minyak), dan jagung yang tahan terhadap herbisida
Roundup. Di dunia saat ini telahbanyak dilepas berbagai tanaman jenis baru
hasil penerapan bioteknologi. Misalnya di China pada tahun 2006 telah telah
dikembangkan sekitar 30 spesies tanaman transgenik, antaralain padi, jagung,
kapas, kentang, kedelai, tomat tahan virus, petunia dengan warna bunga bary,
paprika tahan virus, dan kapas tahan hama) yang telah dilepas untuk produksi.
TANAMAN HASIL PEMANFAATAN BITEKNOLOGI
Beberapa
jenis tanaman unggul baru yang dibuat dengan pemanfaatan bioteknologi adalah
sebagai berikut.
1)
Padi Golden Rice
Padi
merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian padi menjadi prioritas
utama dalam bioteknologi. Selain padi, tanaman pangan yang telah banyak
mendapat sentuhan bioteknologi adalah kentang. Penerapan bioteknologi pada
tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan. Salah satu produknya adalah pari
jenis golden rice yang dikenalkan pada tahun 2001. Diharapkan padi jenis ini
dapat membantu jutaan orang yang mengalami kebutaan dan kematian dikarenakan
kekurangan vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan,
respon kekebalan, perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting
untuk pertumbuhan embrionik.
Nama
Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning menyerupai
emas karena mengandung karotenoid. Rekayasa genetika merupakan metode yang
digunakan untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada
plasma nutfah padi yang mampu untuk mensintesis karotenoid.
2)
Kentang Russet Burbank
Teknik
bioteknologi saat ini telah banyak digunakan dalam produksi kentang. Baik dalam
teknik penyediaan bibit, pemuliaan kentang, hingga rekayasa genetika untuk meningkatkan
sifat-sifat unggul kentang. Dalam hal penyediaan bibit, saat ini teknik kultur
jaringan telah banyak digunakan. Teknik kultur jaringan me-mungkinkan petani
mendapatkan bibit dalam jumlah besar yang identik dengan induknya. Contoh
varietas kentang baru adalah kentang Russet Burbank yang memiliki kandungan
pati yang tinggi yang dapat menghasilkan kentang goreng dan kripik kentang
dengan kualitas yang lebih baik karena menyerap lebih sedikit minyak ketika
digoreng.
3)
Tomat FlavrSavr
Teknologi
rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman hortiklutura. Sebagai
contoh yang cukup terkenal adalah tomat FlavrSavr, yaitu jenis tomat yang buah
matangnya tidak lekas rusak/membusuk. Hal ini sangat berbeda dengan tanaman
tomat lain, di mana buah yang matang cepat menjadi rusak. Sifat tomat FlavrSavr
ini sangat berguna dalam pengiriman buah ke tempat yang jauh sebelum tiba di
tangan konsumen.
4)
Tembakau Rendah Nikotin
Salah
satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan kesehatan karena kadar
nikotin yang tinggi. Pendekatan bioteknologi dilakukan untuk mengatasi
permasalahan ini yaitu dengan merakit tanaman tembakau yang bebas kandungan
nikotin. Pada tahun 2001 jenis tembakau ini diklaim dapat mengurangi resiko
serangan kanker akibat merokok. Selain bebas nikotin, sentuhan bioteknologi
lain juga dilakukan untuk tanaman tembakau misalnya dengan meningkatkan aroma
menggunakan gen aroma dari tanaman lain. Salah satu yang telah berhasil adalah
mengabungkannya dengan aroma buah lemon.
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi
sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yany silam. Yang cara pembuatanya
melalui proses fermentasi yang dilakukan mikroba yang telah dikerjakan sejak
sekitar 3.0000 tahun sebelum masehi. Meskipun belum dilketahui dasar ilmiahnya,
namun dasar-dasar ilmiah bioteknologi mula diketahui seja Antonie Van
Leeuwenhoek yang dilakukan pengamatan bentuk sel pada tahun 1680. Dan
pengenalan konsep pewarisan sifat yang dilakukan oleh Grego Mendel pada awal
abad 20.
Pada masa sekarang, bioteknologi berkembang
dengan sangat pesat, khususnya di Negara maju. Perkembangan bioteknologi
ditandai dengan ditemukannya berbagai penemuan, misalnya rekayasa genetika,
kultur jaringan , pengembangbiakan sel induk.
Pengertian bioteknologi
Bioteknologi
merupakan sebuah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari kegunaan atau manfaat
makhluk hidup ( bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari
makhluk hidup ( enzim, alcohol) dalam sebuah proses produksi untuk
menghasilkan produk berupa barang atau jasa. Perkembang bioteknologi
tidak hanya didasari pada ilmu biologi semata, tapi juga ilmu lainnya, seperti
biokimia, computer, biologi molecular, mikrobiologi, genetika, kimia, dan ilmu
lainnya. Bioteknologi selalu berkaitan dengan yang dilakukan oleh jasad
hidup sebagai suatu individu atau kompenen-komponennya yang dapat berupa organel,
sel, atau jaringan, atau molekul-molekul tertentu, misalnya DNA, RNA,
protein.
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Kebutuhan
pangan adalah kebutahan dasar manusia yang sampai sekarang masih saja menemui
kendala. Sejak dahulu pemenuhan pangan sesungguhnya memicu manusia untuk
bereksporasi mencari sumber-sumber pangan lainnya. Ditambah pesatnya
pertambangan penduduk dari waktu ke waktu. Dengan itu mendorong naluri
keingintahuan manusia untuk berekreasi mencari cara mudah memperoleh pangan
dengan memakai kecerdasan aka dan tenaga. Dimulai sejak 5.000 – 10.000 tahun
yang lalu nenek moyang kita telah mengenal apa itu benih yang unggul
(hereditas) yang merupakan cikal bakal dari bioteknologi bidang pertanian.
Manfaat bioteknologi dalam bidang pertanian
Dalam
bidang pertanian bioteknologi dapat di aplikasikan. Sekarang ini para ilmuan
berhasil meningkatkan tampilan buah dan sayur, memperpanjang waktu makanan
untuk di simpan, meningkatkan kandungan nutrisi tanaman dan membuat tanaman
tahan terhadap penyakit dan hama.
Pada masa yang akan datang, para ahli pertanian
mengharapkan bioteknologi mampu menghasilkan tanaman yang tahan lama terhadap
segala kondisi iklim, seperti iklim kering, iklim panas, atau dingin. Oleh
karena itu, bioteknologi menjadikan petani mampu memanfaatkan tanah yang
sebelumnya jarang diusahakan. Dengan mmanfaatkan bioteknologi ini dapat
menghasilkan tanaman yang identik dalam waktu singkat. Selain itu modifikasi
tanaman hias membuka jalan untuk menghasilkan warna-warna yang tidak biasa
sehingga mampu meningkatkan nilai varietas dan nilai ekonominya.
Perkembangan
Bioteknologi Dalam Bidang Pertanian.
Dalam bidang pertanian bioteknologi menggunakan
sistem transgenik yang mulai di kembangkan, namun menuai penolakan dari
berbagai pihak yang menyebabkan teknologi ini tidak pesat perkembanganya.
Tanaman pertanian yang telah berhasil meningkatkan produksi dan kualitas
melalui transgenik antara lain kapas dan jagung. Penggunaan marka molekuler
(penanda molekuler) untuk menyeleksi sifat yang di inginkan dari keturunan
hasil persilangan dengan sifat-sifat yang tanaman berdasarkan DNA yang dimiliki
tanaman akan mempercepat prossnya.
Salah satu kelebihannya adalah mempersingkat
pengujian tanaman . jika dengan cara konvensiaonal di perlukan waktu sedikitnya
5tahun, sedangkan dengan cara ini hanya di perlukan waktu paling lama 3
tahun.dengan marka molekuler, pada generasi ketiga tanaman hasil persilangan
sudah stabil. Pada tanaman jagung marka molekuler digunakan untuk mengetahui
jarak genetik (hubungan kekerabatan) jagung. Dengan begitu, para pemulia
menjadi lebih mudah dalam melakukan persilangan. Selanjutnya yang tak kalah
pentingnya adalah perlindungan terhadap sumber genetik pertanian Indonesia dari
ancaman kepunahan. Rekayasa genetika dalam bidang tanaman dilakukan dengan
mentransfer gen asing ke dalam tanaman. Hasil rekayasa genetika pada tanaman
seperti ini disebut tanaman transgenik. Sudah diperoleh beberapa tanaman
transgenik yang toleran terhadap salinitas, kekeringan dan hama penyakit
Tanaman
Transgenik Toleran salin
Dengan teknologi
kultur jaringan telah dapat dikembangkan tanaman transgenik toleran salin.
Rekayasa genetika mentransfer gen dari padi liar yang toleran terhadap salin ke
padi yang biasa digunakan sebagai bahan pangan melalui fusi protoplasma. Dapat
juga ditransfer dari sejenis jamur yang tahan salin kepada tanaman yang akan
dijadikan tanaman transgenik. Beberapa tomat, melon, dan barley transgenik yang
toleran dengan salin
Tanaman Transgenik Resisten Hama
Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi sporulasi atau saat bakteri membentuk spora. Dalam bentuk spora berat toksin 20% dari berat badan spora. Apabila larva insek memakan spora maka di dalam alat pencernaan larva insek, spora bakteri dipecah dan keluarlah toksin. Toksin masuk ke dalam membran sel alat pencernaan larva, mengakibatkan alat pencernaan mengalami paralisis, pakan tidak dapat diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus thuringiensis kemudian diektrak dan dimurnikan maka akan diperoleh insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk kristal. Insektisida biologis serupa saja aplikasinya maupun untung ruginya dengan insektisida kimia lainnya. Oleh karena itu, pada tahun 1985 dimulai rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin.
Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi sporulasi atau saat bakteri membentuk spora. Dalam bentuk spora berat toksin 20% dari berat badan spora. Apabila larva insek memakan spora maka di dalam alat pencernaan larva insek, spora bakteri dipecah dan keluarlah toksin. Toksin masuk ke dalam membran sel alat pencernaan larva, mengakibatkan alat pencernaan mengalami paralisis, pakan tidak dapat diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus thuringiensis kemudian diektrak dan dimurnikan maka akan diperoleh insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk kristal. Insektisida biologis serupa saja aplikasinya maupun untung ruginya dengan insektisida kimia lainnya. Oleh karena itu, pada tahun 1985 dimulai rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin.
Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan
tanaman transgenic pertama yang menggunakan gen Bt toksin, disusul famili
tembakau, yaitu tomat dan kentang. Dengan sinar ultraviolet gen penghasil
insektisida pada tanaman dapat diinaktifkan. Jagung juga telah direkayasa
dengan menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri
Salmonella parathypi, yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampicillin.
Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi
herhisida dan resistensi insektisida sehingga tanaman transgenik jagung
memiliki berbagai jenis resistensi hama tanaman. Bt toksin gen juga direkayasa
ke tanaman kapas bahkan multiple-gene dapat direkayasa genetika pada tanaman
transgenik. Toksin yang diproduksi dengan tanaman transgenik menjadi nonaktif
apabila terkena sinar matahari, khususnya sinar ultraviolet
Tanaman Transgenik Resisten Penyakit
Dalam
percobaan kloning “Bintje” yang mengandung gen thionin dari daun barli
(DB4) yang memakai promoter 35S cauliflower mosaic virus (CaMV), dengan
mengikutsertakan Bintje tipe liar yang sangat peka terhadap serangan
Phytophthora infestans sebagai kontrol, menunjukkan bahwa klon “Bintje” dapat
mengekspresikan gen DB4. Jumlah sporangium setiap nekrosa yang disebabkan oleh
P. infestans mengalami penurunan lebih dari 55% jika dibandingkan dengan tipe
liar. Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk menekan perkembangbiakan P.
infestans sehingga kerugian secara ekonomi dapat direduksi.
Perkembangan yang menggembirakan juga terjadi pada usaha untuk memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi protein selubung {coat protein) Johnsongrass mosaic potyvirus (JGMV) ke dalam suatu tanaman diharapkan tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan.
Perkembangan yang menggembirakan juga terjadi pada usaha untuk memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi protein selubung {coat protein) Johnsongrass mosaic potyvirus (JGMV) ke dalam suatu tanaman diharapkan tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan.
Hal serupa juga sedang digalakkan dengan rekayasa
genetika pada tanaman padi-padian untuk mendapatkan varietas yang resisten
terhadap virus padi. Di samping itu, usaha untuk meningkatkan kualitas beras
seperti yang diinginkan oleh manusia juga sedang diusahakan. Jepang memberikan
investasi yang cukup besaruntuk penelitian dan pengembangan di bidang biologi
molekul padi.
Teknologi kultur jaringan yang merupakan kemajuan
besar dalam bidang pertanian. Kultur jaringan adalah pembuatan bibit dan
perbanyakannya menggunakan permainan komposisi media. Yang digunakan bisa
segala sumber organ tumbuhan mulai dari biji, daun, tunas, dsb jadi lebih luas
dari teknologi pembibitan konvensial dengan stek. Yang dimanipulasi adalah sel
penyusun organ itu untuk berubah menjadi tanaman sempurna melalui hormon-hormon
dalam media yang digunakan. Jadi ini adalah bioteknologi tingkat tua, bukan
bioteknologi modern.
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik in vitro (dalam gelas) yang merupakan cara untuk memperbanyak tanaamn dengan pengambilan bagian tanaman yang mempunyai titik tumbuhnya. Contoh sederhana pada pisang, bila di ambil cambium atau ujun-ujung akarnya, lalau di perlakukan dalam gelas dalam laboratorium, kemudian bagian itu akan membelah sendiri dan setiap belahanya akan menghsilkan tanaman baru. Intinya asalakan pada tanaman itu ada titik tumbuh atau yang disebut jaringan meristematik, tanaman tersebut bias diperbanyak. Bayankan kalau ini sudah menyeluruh skala nasioanl perbanyak tanaman secara cepar mungkin saja dilakukan.
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik in vitro (dalam gelas) yang merupakan cara untuk memperbanyak tanaamn dengan pengambilan bagian tanaman yang mempunyai titik tumbuhnya. Contoh sederhana pada pisang, bila di ambil cambium atau ujun-ujung akarnya, lalau di perlakukan dalam gelas dalam laboratorium, kemudian bagian itu akan membelah sendiri dan setiap belahanya akan menghsilkan tanaman baru. Intinya asalakan pada tanaman itu ada titik tumbuh atau yang disebut jaringan meristematik, tanaman tersebut bias diperbanyak. Bayankan kalau ini sudah menyeluruh skala nasioanl perbanyak tanaman secara cepar mungkin saja dilakukan.
Dampak
Negatif Bioteknologi
Bioteknologi,
seprti juga lain, mengandung resiko akan dampak negatif. Timbulnya dampak yang
merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh potensi terjadinya
aliran gen ketanaman sekarabat atau kerabat dekat. Di bidang kesehatan manusia
terdapat kemungkinan produk gen asaing, seperti, gen cry dari bacillus thuringiensis
maupun bacillus sphaeericus, dapat menimbulkan reaksi alergi pada tubuh mausia,
perlu di cermati pula bahwa insersi ( penyisipan ) gen asibg ke genom inag
dapat menimbulkan interaksi anatar gen asing dan inang produk bahan pertanian
dan kimia yang menggunakan bioteknologi.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah persaingan internasional dalam perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi yang maju, Kesenjangan teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi modern sangat mahal sehingga sulit dikembangkan oleh negara berkembang. Ketidakadilan, misalnya, sangat terasa dalam produk pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki produsen organisme transgenik juga semakin menambah dominasi negara maju
Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah persaingan internasional dalam perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi yang maju, Kesenjangan teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi modern sangat mahal sehingga sulit dikembangkan oleh negara berkembang. Ketidakadilan, misalnya, sangat terasa dalam produk pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki produsen organisme transgenik juga semakin menambah dominasi negara maju
Dampak Positif Bioteknologi
Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen untuk keperluan rekayasa genetik dalam perkembangan dan perkembangan industri bioteknologi. Baik donor maupun penerima (resipien) gen dapat terdiri atas virus, bakteri, jamur, lumut, tumbuhan, hewan, juga manusia. Pemilihan donor / resipien gen bergantung pada jenis produk yang dikehendaki dan nilai ekonomis suatu produk yang dapat dikembangkan menjadi komoditis bisnis. Oleh karena itu, kegiatan bioteknologi dengan menggunakan rekayasa genetik menjadi tidak terbatas dan membutuhkan suatu kajian sains baru yang mendasar dan sistematik yang berhubungan dengan kepentingan dan kebutuhan manusi ; Kegiatan tersebut disebut sebagai bioprespecting.
Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen untuk keperluan rekayasa genetik dalam perkembangan dan perkembangan industri bioteknologi. Baik donor maupun penerima (resipien) gen dapat terdiri atas virus, bakteri, jamur, lumut, tumbuhan, hewan, juga manusia. Pemilihan donor / resipien gen bergantung pada jenis produk yang dikehendaki dan nilai ekonomis suatu produk yang dapat dikembangkan menjadi komoditis bisnis. Oleh karena itu, kegiatan bioteknologi dengan menggunakan rekayasa genetik menjadi tidak terbatas dan membutuhkan suatu kajian sains baru yang mendasar dan sistematik yang berhubungan dengan kepentingan dan kebutuhan manusi ; Kegiatan tersebut disebut sebagai bioprespecting.
Perdebatan tentang positif untuk mengatasi dampak negatif yang dapat
ditimbulkan bioteknologi, antara lain pada tahun 1992 telah disepakati konvensi
keanekaragaman Hayati, ( Convetion on Biological Diversity )yang mengikat
secara hukum bagi negara-negara yang ikut mendatanginnya . Sebagai tindak
lanjut penadatanganan kovensi tersebut, Indonesia telah meratifikasi
Undang-Undang No. 5 Tahun 1994. perlu anda ketahui, Negara Amerika Serikat
tidak ikut menadatangani konvensi tersebut. Di sepakati Pula Cartegena Protocol
on Biosafety ( Protokol Cartegena tentang pengamanan hayati ). Protokol
tersebut menyinggung tentang prosedur transpor produk bioteknologi antara
negara untuk mencegah bahaya yang timbul akibat dampak negatif terhadap
keanekaragaman hayati. Ekosistem, dan kesehatan manusia.
Pengertian klon bioteknologi modern adalah pengadaan sel jasad renik, sel
(jaringan), molekul bibit tanaman melalui setek yang banyak dilakukan pada
tanaman perenial, antara lain kopi, teh, karet, dan mangga. Perbanyakan bibit
dengan teknik kultur jaringan, kultur organ, dan embiogenesis somatik dapat
pula diterapkan pada jaringan hewan dan manusia. Tidak seperti pada tumbuhan,
kultur pada hewan dan manusia tidak dapat dikembangkan menjadi individu baru.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bioteknologi
konvensional dalam bidang pangan banyak sekali dimanfaatkan oleh manusia.
Selain dapat menambah nilai guna dan harga suatu produk, juga banyak manfaat
yang didapat oleh masyarakat, baik dar segi financial sampai sosio-kultural.
Dari
segi financial, bioteknologi dapat menambah nilai suatu produk sehingga
harganya bertambah. Dari segi social budaya, pembuatan tuak seperti di daerah
Tuban memberikan tambahan lapangan kerja bagi masyarakat dan budaya meminum
tuak untuk menghangatkan tubuh menjadi ajang berkumpulnya masyarakat sehingga
saling mendekatkan diri antar masyarakat dan menambah silaturrahim.
Belum
lagi makanan-makanan seperti keju dan mentega, yang seandainya tetap berwujud
susu, maka tidak akan tahan lama untuk disimpan. Akan tetapi dengan
ditemukannhya bioteknologi, maka susu tersebut bisa menjadi varian yang lain
dan lebih bermanfaat. Namun seberapa banyaknya manfaat atas bioteknologi, tidak
terlepas pula atas dampak negative yang bisa timbul seperti yang disebutkan di
dalam isi makalah.
Saran
Kembali
lagi pada konsep awal bahwa segala sesuatu akan kembali kepada individu
masing-masing. Seberapa canggih teknologi yang dapat dibuat oleh manusia, akan
tetapi tetap menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, etika, moral, religius dan
kesadaran yang tinggi untuk menjaga dan mencintai lingkungan hidup yang nyaman
dan asri merupakan kunci utama dari penanggulangan dampak negatif penerapan
bioteknologi. Penggunaan hak dan kewajiban secara arif dan bijaksana sangatlah
diperlukan untuk meminimalisir dampak negatif yang mungkin timbul.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar